Kamis, 24 Februari 2011

PUISI HUMOR

"LHA, INI BARU BARU CERITA BURUNG"


Ini bukan cerita burung di dalam sarung, melainkan cerita burung yang membangun sarang. Setiap burung selalu berusaha membangun sarang dari serpihan rumbut, umbut, sering juga rambut turut tercampur dan mewarnai sarang burung. Jika di dalam sarang burung teranyam rambut, maka hampir dapat dipastikan sarang itu memiliki kelebihan. Pertama, sarang burung itu tak mudah rusak, sebab rambut tak bisa membusuk. Burung memang tahu bagaimana kualitas rambut. Burung suka memilih rambut keriting untuk dijadikan sarangnya. Jika pun menemu rambut yang lurus, burung-burung itu pun termenung, lunglai, lemes dan bingung "ke mana ya bisa me-rebonding rambut keriting?"

Kedua, keuntungan rambut bagi burung sudah sangat jelas. Rambut bagi burung disebut bulu. Burung yang dewasa, bulu-bulunya mulai lebat. Bulu-bulu itu tumbuh di sekujur tubuh dan melebat di bagian tubuh tertentu. Biasanya, apapun burungnya, tak peduli besar atau kecil ukurannya, panjang atau pendek di bagian kepala burung nyaris pelontos. Ada sih bulunya, hanya tingkat kelebatan dan kelembabannya berbeda jika dibanding bagian tubuh lainnya. Fungsi bulu bagi burung utamanya untuk berlindung.

Aku punya burung tak pernah murung. Burungku suka menyanyi di pagi hari. Saat senja tiba, burungku juga kumandikan. Saat gelap malam, kubiarkan burungku tidur-tiduran menikmati dingin angin malam. Saat diperlukan, kubangunkan burungku untuk menunaikan tugas dan kewajibannya, yakni menyanyi dan menari. Saat burungku menyanyi dan menari, hanya ada satu tangan yang berhak menariknya. Apakah kalian tahu, tangan siapakah yang berhak melirik dan menarik burungku? Jangan jawab sekarang, ini pekerjaan rumah masing-masing. Artinya, secara ideal di rumah masing-masing tergantung burung. Burung-burung itu sebaiknya terkurung dan biar tidak kedinginan persis pada sarangnya belitkanlah sarung. Lho, kenapa kalian tiba-tiba termenung? Pegang burung kalian masing-masing lalu masukkan dalam sarung sebagai sarangnya.


Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar