Kamis, 24 Februari 2011

CERITA MINI (CERMIN) 100 KATA DIMAS ARIKA MIHARDJA

CERMIN 1, BURUK MUKA CERMIN DIJUAL

Kata siapa kaca tak bisa bicara? Setiap kaca memantulkan wajah kata. Katakan sembarang kata, cermin akan memantulkan bayang wajah siapakah dirimu. Engkau sibuk mengaca, tanpa kata. Engkau diam saja. Diam-diam memandang bayang di cermin yang tak juga memuaskan diri. Wajah siapakah ini? Wajahkukah? Lha, kok begitu kikuk dan kaku begini? Hei,jangan lagi kau sebut buruk muka cermin dibelah. Lihatlah, rambutku kubelah dua untuk menjaga keseimbangan. Wadauw, buruk nian wajahku? Aku pun diam-diam pergi ke pasar tradisional. Diam-diam menjual semua cermin yang dengan kejam mengejek dan menyindirku sebagai si buruk rupa. Di pasar tradisional ini tak bosan kujual cermin yang tak bisa diajak kompromi.

CERMIN 2, BERITA KAWAN KAWIN

Aku sungguh tak tahu kenapa engkau mendadak uring-uringan tanpa alasan yang jelas. Jelas, melalui undangan yang disebar, kekasihmu yang berkulit putih itu akan melangsungkan pernikahan bulan ini. Perkawinan antara jejaka dan dara itu dihelat di balai pertemuan. Undangan telah disebar seiring degup dadamu yang berdebar. Aku telah lama tahu, engkau diam-diam menaruh hati pada mempelai wanita itu. Aku juga tahu wanita yang kau inginkan itu telah dilamar konglomerat, sementara dirimu tetap melarat. Undangan pesta pernikahan itu terus saja kau pegang dan foto gadis yang jadi mempelai tak henti-hentinya kau pandangi. Engkau tergeragap dan lantas tersadar, " Duh Gusti, kenapa kawanku selalu kawin duluan?"

CERMIN 3, BURUK MUKA CERMIN DIBELAH

Engkau serupa kamus atau ensiklopedi yang selalu terbuka. Semua orang dengan fasih mengeja bahwa engkau tak hanya buruk muka melainkan juga buruk kelakuan. Cobalah renungkan, apa salahnya seseorang mendermakan sebagian kekayaan untuk korban bencana alam? Apakah keliru jika ada dermawan yang tanpa pamrih membagi-bagikan sebagian kekayaan untuk meringankan beban penderitaan orang yang mendapat kesusahan? Lha, engkau selalu saja tak mau bercermin dan tak juga segera menyadari bahwa hidup itu harus saling berbagi, saling memberi. Engkau selalu saja mencurigai niat baik orang lain dengan dalih bahwa setip orang pasti punya pamrih. Itulah dirimu, "buruk muka cermin dibelah".

CERMIN 4, SUNDAL KEJEPIT

Di pelataran mesjid, sendal-sendal jepit antri berbaris rapi menanti kaki-kaki. Kaki dan tangan sedang melaksanakan ibadah di dalam mesjid saat sholat Juamat. Saat khotbah Jumat dimulai, beberapa pencuri sendal mulai melakukan operasi. Si pencuri sendal, si Sundal itu, diam-diam seraya berjalan tenang meraup sejumlah sendal yang diparkir pemiliknya di pelataran mesjid. Pencuri sendal, si Sundal itu, memasukkan sejumlah sendal di dalam karung. Ada sepasang sendal yang oleh pemiliknya diikat tali. Si Sundal itu tak sadar bahwa sepasang sendal yang diraupnya dan dimasukkan ke dalam karung itu lalu seperti layang-layang. Ke mana pun ia pergi, tali itu mengikutinya. Petualangan si Sundal pencari sendal itu pun akhirnya berakhir setelah sebuah pintu mesjid berderit dan menjepitnya. Si Sundal yang suka mencari sendal jepit itu akhirnya tertangkap basah, sebab senyatanya ia mandi keringat setengah mati berusaha melepaskan tali itu.

CERMIN 5, MAAF BELUM SEMPAT DITULIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar