Senin, 05 September 2011

MONOLOG DAM


Di kepala saya berparade dan menyumbul keluar aneka jenis karya sastra yang pernah dibaca dan selalu menggoda lantaran pesonanya SENGSARA MEMBAWA NIKMAT, BELENGGU, JALAN TAK ADA UJUNG, SENJA DI JAKARTA, SAMAN, LARUNG, DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA, KEMARAU, ZIARAH, KERING, KHOTBAH DI ATAS BUKIT, PADA SEBUAH KAPAL, LELAKI TUA DAN LAUT, BUKAN PASAR MALAM, UPACARA. Novel-novel itu jalan ceritanya, karakternya, alurnya, konflik-konflik yang dibangun, klimaks, antiklimaksnya berdesakan di kepala.

Di kepala lalu menyeruak minta dikuak AZAB DAN SENGSARA, seperti juga 3 penyair TIGA MENGUAK TAKDIR, lalu buku puisi Subagio Sastro Wardoyo DAN KEMATIAN ITU MAKIN AKRAB, novel Muchtar Lubis melintas di JALAN TAK ADA UJUNG, HARIMAUHARIMAU,SENJA DI JAKARTA, lalu terasa dan tersentuh kembali novel Iwan Simatupang KERING, karya-karya Putu Wijaya menyerbu serupa BOM, JANGAN MENANGIS INDONESIA, SUMUR TANPA DASAR, SIKLUS, MACHBETH, ROMEO AND JULIET, ASMARADANA, GATHOLOCO, PARIKSIT, JANGAN BILANG AKU MONYET melintas kumpulan puisi Sapardi Joko Damono HUJAN BULAN JULI, disusul nyanyian Subagio SYIMPHONI terus mengalirkn irama hidupdan berdenyut di rongga kepala, dada,dan segenap rasa.

kepalaku terus diaduk-aduk oleh Hermeneutika, Analisis Wacana Kritis, rancang bangun Strukturalisme, formalisme, semiotik, dekonstruksi, semua serupa alur sorot balik menjadi semacam monolog batin. Aliran kritik sastra dari tradisional hingga posmodernisme. Sosiologi, morfologi, sintaksis, wacana, frasa, kata kata kata kata makna makna makna kata kata kata nilai nilai nilai kata kata kata norma norma norma kata kata kata kaidah estetika. Semua hadir saling desak menendang-nendang dinding kepala, berenang di keluasan dada, lalu jungkir balik meminta dan menuntut dituliskan, meminta dan membujuk dibicarakan, memohon dan meminta diabadikan. Lalu dalam wacana yang aneh aku serupa orang sendiri membaca diri sebagai biografi yang belum berarti apa-apa, kendati harus kutuliskan sebagai satu kesaksian yang sexy:

THE BIOGRAPHY OF DIMAS ARIKA MIHARDJA

Dimas Arika Mihardja is another name for Sudaryono who was born in Jogjakarta on the 3rd of July 1959. Since 1985, he has moved to Jambi and becomes a lecturer at the University of Jambi, Faculty of Teacher Training and Education, Language and Art Department of Indonesian and Local Language. He has obtained the doctoral degree in 2002 with his dessertation “Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia”  that has been rewritten in the form of a book in 2003.   Other poems are compiled in a single anthology such as Sang Guru Sejati (1991), Malin Kundang (1993), Upacara Gerimis (1994), andPotret Diri (2003). Those poems are published by Bengkel Puisi Swadaya Mandiri and Telanai Printing Graft. His other poems are also published by local mass media in Sumatera: Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Riau, and Medan; mass media in Java: Surabaya, Malang, Semarang, Jogja, Bandung, and Jakarta. The anthology of poems which collectively written are also available among others: Riak-riak Batanghari (Teater Bohemian, 1988), Nyanyian Kafilah (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), Prosesi (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1992), Percik Pesona 1 & 2 (Taman Budaya Jambi, 1992, 1993), Serambi 1,2,3 (Teater Bohemian, 1991, 1992, 1993), Rendezvous (Orbit Poros Lampung (1993), Jejak, Kumpulan Puisi Penyair Sumbagsel (BKKNI-Taman Budaya Jambi, 1993), Luka Liwa (Teater Potlot Palembang, 1993), Muaro  (Taman Budaya Jambi 1994), Pusaran Waktu (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Negeri Bayang-bayang   (Festival Seni Surabaya, 1996), Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ-TIM Jakarta, 1996), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung, 1997), Amsal Sebuah Patung (Yayasan Gunungan Magelang, 1997), Angkatan 2000 dalam Kesusastraan Indonesia(Gramedia, 2000), Kolaborasi Nusantara (KPKPK-Gama Media, 2006), Antologi Puisi Nusantara : 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2007), Tanah Pilih (Disbudpar Provinsi Jambi, 2008), Jambi di Mata Sastrawan Bungarampai Puisi (Disbudpar Provinsi Jambi, 2009), Lingua Franca (Antologi TSI III Tanjungpinang), Akulah Musi (Antologi Pertemuan Penyair Nusantara V di Palembang, 2011), Kitab Radja-Ratoe Alit (Antologi Puisi Alit 50 Penyair Indonesia, Kosakatakita, 2011), Beranda Rumah Cinta (Bengkel Puisi Swdaya Mandiri, 2011) and Haiku Danau Angsa (Gramedia Pustaka Utama, 2011).  His novel Catatan Harian Maya or Maya’s Diary is continually published in Harian Jambi Independent (2002). His short stories, essays, and literary criticisms are spread over on newspapers and sciencetific  journals. 

Kepalaku berdenyut dan tak henti-henti menyebut "ya, Allah, jauhkanlah diri ini dari penyakit buruk menggapai hasrat yang tak pernah tua, kesombongan yang kosong, dan hindarkanlah dari jalan yang sesat". Ruang di dadaku bergemuruh seperti lokomotif tua berbahan bakar batu bara, yang asapnya mengepul memenuhi udara. Sementara rel-rel panjang sejajar berdampingan, dingin di malam kelam dan panas ketika siang terik. Pada akhirnya aku menemu tiga kata yang terus menggoda "kamu belum apa-apa", "apakah ada guna menepuk dada?", dan "berkaryalah apa adanya".

Jambi, 6 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar