Minggu, 17 April 2011

KISAH KECAMBAH

: kado ultah ardi nugroho

ALKISAH. Tiap hari sebiji kecambah tumbuh di atas bibir mas Ardi Nugroho. Kecambah itu tentu saja menambah wibawa sejalan bertambahnya usia. Memandangi kecambah yang tumbuh memutih di atas bibir mas Ardi Nugroho, Endah Miharsi turut berdoa, "semoga gado-gado yang kupersiapkan secara spesial di perayaan ultah nanti terasa enak dan nikmat."

Aji dan Cahyo, dua jagoan yang berkulit legam itu tersenyum saat memandang kecambah putih yang terus tumbuh dengan subur di atas bibir ayahnya. Jemari tangan Aji yang kreatif lalu melukis sosok pahlawan super hero yang di atas bibirnya tumbuh kecambah berwarna merah-putih. Dengan riang, Aji menunjukkan hasil lukisannya kepada ayah-ibunya, "Lihat pahlawanku!" serunya sembari meloncat-loncat seperti bola yang menggelinding dan menyentuh dinding pagar halaman rumah. Cahyo, kakak Aji, yang pembawaannya memang pendiam hanya diam. Diam-diam ia pandangi kecambah yang semakin subur di atas bibir ayahnya.

Mas Ardi Nugroho, seperti nama yang melekat pada dirinya, menganggap kecambah itu merupakan berkah dan 'nugraha' dari Allah. Setiap pagi dan petang, mas Ardi memang rajin menyiram kecambah itu dengan seduhan kopi kesukaannya. Terkadang, kecambah itu juga disiram dengan teh manis, es teh, susu jahe, dan kadang-kadang bandrek. Tetapi,konon, kecambah itu sering disiram dengan susu murni, langsung dari sumbernya.

Kecambah yang tumbuh subur di atas bibir mas Ardi Nugroho itu mulai dikenal di daerah sekitar Sidoarjo, Kediri, Tuban, dan sekitar Surabaya . Bahkan kecambah itu sempat berenang di sungai Batanghari Jambi menjumpai sahabatnya. Kecambah yang subur itu bahkan berlayar ke Taiwan menjumpai Kwek Lina. Singgah di Medan bersilaturahmi dengan Kusnadi Arraihan, menjelajahi Aceh bersilaturahmi dengan keluarga D Kemalawati, mendarat di Jakarta menjadi santapan Julia Napitupulu, Erny Susanty, bersilaturahmi ke Tangerang di kediaman Eyang Erry Amanda, Abah Yoyok, dan Rini Intama; singgah di Malang sujud di lutut Haena Soepadmo, lalu bersama Endang menuju ke Tuban melabuhkan kerinduan dan keharuan di tengah Ibu dan Bapaknya.

Kecambah di atas bibir mas Ardi lalu banyak diolah menjadi pecel Madiun, Gado-gado Betawi, mengisi 'tahu bunting' yang bersanding dengan mendoan, keripik tempe, dan rujak cingur. Kecambah itu pun semakin subur dan memakmurkan jamaah mesjid di kawasan Sidoarjo yang kubahnya tenggelam oleh lumpur Lapindo Brantas. Kecambah itu merambah ke bumi Sawunggaling menyapa Nabila Dewi Gayatri, lalu ke Mojokerto di beranda rumah Imam Setyono, menjulurkan langkah ke Semarang menyapa Suko Rahadi. Demikianlah, kecambah di atas bibir mas Ardi hari ini tumbuh lagi. Kecambah-kecambah itu warnanya putih keabu-abuan, menambah kewibaan dan pencitraan.

Jambi, 12 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar